Merangin, Benuajambi.com – Suasana kekecewaan menyelimuti komunitas pecinta alam dan pariwisata di Merangin setelah Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Merangin tidak menghadiri acara camping bersama yang digagas oleh Pecinta Wisata Merangin (PWM) dan Geopark beberapa waktu lalu. Lebih mengejutkan lagi, beredar kabar bahwa Disparpora Merangin justru memilih untuk mengadakan acara camping tandingan sendiri. Rabu, 23 Juli 2025.
Acara camping bersama ini merupakan inisiatif kolaboratif antara Pecinta Wisata Merangin (PWM) dan Geopark yang melibatkan berbagai instansi dan organisasi penting lainnya. Di antara peserta yang turut serta adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), serta beberapa organisasi pegiat pariwisata lainnya.
Kehadiran berbagai pihak ini diharapkan dapat memperkuat sinergi dalam pengembangan potensi wisata di Merangin. Oleh karena itu, ketidakhadiran Disparpora, sebagai salah satu pemangku kepentingan utama di sektor pariwisata, menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan besar di kalangan peserta.
Menurut keterangan yang dihimpun tim Benua Jambi di lapangan, ketidakhadiran Kepala Disparpora Merangin, Sukoso, terjadi tanpa adanya pemberitahuan atau keterangan resmi yang jelas. Hal ini menimbulkan spekulasi dan dugaan di antara peserta mengenai alasan di balik absennya dinas tersebut.
Tim Benua Jambi kemudian mencoba mengonfirmasi perihal ketidakhadiran Disparpora kepada salah satu panitia acara, Rosi Anggraini. Rosi menjelaskan bahwa surat undangan telah disampaikan kepada Disparpora, bahkan sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
Rosi juga menambahkan bahwa dalam surat undangan tersebut, Disparpora diharapkan dapat memberikan materi atau pandangan terkait pengembangan pariwisata Merangin. Peran Disparpora sebagai narasumber dianggap krusial mengingat posisinya sebagai ujung tombak kebijakan pariwisata di daerah.
Namun, meskipun telah diundang secara resmi dan bahkan diminta menjadi narasumber, Disparpora Merangin tidak memberikan konfirmasi kehadiran hingga acara berlangsung. Hal ini tentu saja menyulitkan pihak panitia dalam mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk alokasi waktu dan materi untuk sesi Disparpora.
Situasi ini memicu beragam respons dari komunitas. Banyak yang menyayangkan sikap Disparpora yang terkesan tidak responsif terhadap inisiatif kolaborasi dari komunitas lokal. Mereka berharap ada komunikasi yang lebih baik antara dinas terkait dan organisasi masyarakat demi kemajuan pariwisata Merangin.
Kini, pertanyaan besar yang mengemuka adalah mengapa Disparpora Merangin memilih untuk tidak hadir dalam acara yang penuh potensi kolaborasi ini, dan bahkan justru disinyalir mengadakan acara tandingan. Apakah ada miss-komunikasi internal, ataukah memang ada prioritas lain yang dianggap lebih mendesak oleh dinas tersebut?
Masyarakat dan komunitas pegiat pariwisata Merangin menanti penjelasan dari Disparpora terkait insiden ini. Diharapkan ke depannya, sinergi antara pemerintah daerah dan komunitas dapat terjalin lebih erat untuk bersama-sama mengembangkan potensi pariwisata Merangin demi kesejahteraan masyarakat. (Rido Asran)