Romi Hariyanto Bupati Tanjab Timur, Terima Ramsar’s Award Jenewa Swiss

  • Whatsapp

JAMBI.(Benuajambi.com)-Bupati Kebupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Romi Hariyanto menerima Ramsar’s Award dari Konvensi Ramsar yang tahun ini diselenggarakan di Jenewa Swiss.

Pada konferensi ke-14 tahun ini, Bupati Tanjabtim itu diganjar anugerah Wetland City Accreditation. dia didaulat menerima penghargaan bergengsi tersebut bersama 24 kepala daerah lain yang berasal dari berbagai negara. Diterimanya Ramsar’s Award ini menjadikan Romi Hariyanto sebagai bupati pertama di Indonesia yang menerima penghargaan Wetland City Accreditation.

Bacaan Lainnya

Konferensi Ramsar ke-14 tahun ini dilangsungkan didua tempat yakni Wuhan China dan Jenewa Swiss serta Perhelatan belangsung dari tanggal 5 hingga 13 Nopember 2022. Konferensi Ramsar ke-14 diikuti lebih dari 1.000 delegasi penandatangan dan organisasi internasional.

Bambang Hendroyono, sebagai pelaksana tugas Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK menilai, Romi berhasil mengintegrasikan manajemen konservasi dan keberlanjutan lahan basah dengan pembangunan berkelanjutan yang dia laksanakan mengejar kesejahteraan masyarakat yang dia pimpin.

“Merujuk surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) Republik Indonesia, pemberian akreditasi WCA ini adalah pertama kali bagi Indonesia.  “Harapannya penghargaan akreditasi ini mampu mendorong daerah lain di Indonesia untuk melakukan upaya yang sama,’’ ujar Bambang.

Sebelumnya Romi bertolak ke Jenewa sejak 4 Nopember 2022 bersama delegasi Indonesia, tidak hanya Romi, ada juga ikut perwakilan Walikota Surabaya yang menerima penghargaan serupa.

“Saya berterima kasih atas penghargaan ini, penghargaan akan memotivasi kami dan semoga juga daerah lain di Indonesia untuk lebih bijak membangun daerahnya,” jelasnya jumat, 11 november 2022.

Romi menyebutkan, Untuk integrasi manajemen konservasi dan keberlanjutan lahan basah dengan pembangunan daerah yang sedang dijalankan, Pemkab Tanjung Jabung Timur berkomitmen menjaga kelestarian lahan – lahan basah yang menjadi ekosistem sejumlah satwa.

“Pemkab menerbitkan regulasi mulai peraturan bupati hingga peraturan daerah dan Dalam dokumen Rencana Tata Ruang ( RTRW ) Tanjabtim termuat jaminan pada kelestarian Pantai Cemara seluas 450 Hektar,”terangnya.

Romi mengatakan, kawasan pantai cemara merupakan kawasan persinggahan burung migran dari Siberia menuju Australia pada rentang September hingga Desember, lalu reservasi hutan bakau pantai timur 4.126,6 Hektar dan Hutan Lindung Gambut Sungaibuluh seluas 23.748 Hektar.

“Pemkab Tanjabtim juga turut mendukung eksistensi Taman Nasional Berbak ( TNB ) yang sejak awal memang masuk dalam situs Ramsar dan yang terbaru, Pemkab Tanjabtim juga menetapkan Perda Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ( LP2B ) sebagai jaminan ketat membatasi alih fungsi lahan,”tegasnya.

Pada isu lingkungan, Romi juga punya komitmen tinggi dan dia hingga kini masih mempertahankan keasrian hutan asli di lingkungan perkantoran pemkab.

“di area perkantoran Tanjabtim, juga dilarang berburu burung serta ada sangsi bagi pelanggarnya dan Pemkab juga membangun hutan kota tak jauh dari komplek perkantoran,” katanya.
Sekilas Konvensi Ramsar

Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Konvensi Ramsar disusun dan disetujui negara-negara peserta sidang di Ramsar, Iran pada tanggal 2 Februari 1971 dan mulai berlaku 21 Desember 1975. Nama resmi konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat.

Anggota dari perjanjian ini berasal dari negara-negara di seluruh dunia yang memiliki lahan basah di negaranya. Lahan basah tersebut tersebar di lebih dari 1.800 lokasi di dunia dengan luas lahan mencapai kurang lebih 1,8 juta km2. Konvensi Ramsar diratifikasi pemerintah Indonesia pada tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991.

Awal mula dibentuknya Konvensi Ramsar ini hanya terfokus kepada masalah burung air dan juga burung migran. Seiring berjalannya waktu, akhirnya diputuskan bahwa konservasi lahan basah dirasa sangatlah penting. Seperti yang diketahui jika habitat utama dari burung air dan juga burung imigran yaitu pantai, hutan mangrove, rawa dan muara sungai.

Konvensi Ramsar tidak serta merta berdiri sendiri. Konvensi Ramsar didukung oleh IUCN atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources dan saat ini sudah berganti nama menjadi The World Conservation Union. Setiap tanggal 2 Februari atau hari di mana penandatanganan Konvensi Ramsar, juga diperingati sebagai World Wetlan Day atau Hari Lahan Basah Dunia.

Naskah asli Konvensi Ramsar (12 pasal) telah diamandemen sebanyak 2 kali. Pertama dilakukan pada Protokol Paris tahun 1982 dan kedua pada tahun 1987 di Regina. Protokol Paris ternyata diadopsi di Pertemuan Luar Biasa atau Extraordinary Conference of the Contracting Parties (COP) yang saat itu dilakukan di kantor pusat UNESCO Paris tanggal 3 Desember 1982.

Dari Protokol Paris ini mendapatkan hasil berupa tata cara melakukan amandemen konvensi serta mengesahkan naskah konvensi menjadi beberapa bahasa yaitu Inggris, Perancis, Arab, Rusia, Jerman dan Spanyol. Sedangkan amandemen yang dilakukan di Regina dilakukan saat pertemuan luar biasa pada tahun 1987 di Kanada.

(Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *