Butuh Tekad Yang Kuat : Dokter Maulana Melepas Dua Anaknya Ke Pesantren

  • Whatsapp

JAMBI.(Benuajambi.com)-Saat ini pesantren lagi cukup meningkat peminatnya, hal ini juga dikarenakan karena para orang tua sudah menyadari akan pentingya pendidikan agama Islam.

Hal ini yang disadari oleh pasangan suami istri Dr. dr. H. Maulana, MKM dan Dr. dr. Hj. Nadiyah, Sp. OG yang memilih berpisah dengan ke dua buah hatinya yang relatip masih kecil, Tiffany Auliana 12 tahun dan Lutfy Maulana 11 tahun ke Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan, (29/7) kemarin.

Bacaan Lainnya

Tidak banyak orang tua yang mau memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren. Karena melepas kepergian anak yang masih kecil membutuhkan tekad yang kuat. Hal itu juga yang kami rasakan selaku orang tua.

” Saat mengantarkan anak ke Pesantren, sebagai orang kami tentu ada perasaan sedih, tidak rela meninggalkan anaknya sendirian.

Sampai tidak sadar, kalau air mata sudah mengalir jatuh. Menangis karena akan meninggalkan Fany dan Lutfy di Pesantren,” ungkap Wakil walikota Jambi tersebut.

Namun Maulana dan istri menyadari,  sebagai orang tua yang tidak banyak waktu di rumah dan merasa ilmu agama kami masih sedikit. Ingin memondokkan anak selepas SD, anak-anak sudah mulai remaja, yang akan sangat riskan terhadap lingkungan dan teman-temannya.

” Akhirnya setelah bicara pada anak kami, kalau lulus SD dia akan kami pondokkan. Awalnya saya melihat raut mukanya agak binggung tapi tak menolak, meski saya tahu mereka akan kangen dengan rumah, kangen teman, rindu main hape, dan lain-lain.Tapi tekad kami sudah bulat, tidak bisa ditawar lagi. Tujuannya agar kelak mereka bisa jadi imam keluarga yang sholeh dan membawa keluarganya selamat dunia akhirat, ungkap Maulana

Kelulusan SD datang juga, akhirnya kami akan mengantar anak kami ke pondok pesantren darun najah di Ulujami Jakarta selatan.

” Sesampainya di pondok, proses demi proses mereka lalui. Semua serba istimewa di mata kami, baju seragam yang serba muslim, terlihat bersih dan suci tidak ketinggalan berpeci dan bersarung. Baju harian memakai sarung tidak boleh memakai celana pendek, saya cukup terharu, ketika Fany dan Lutfy membawa surat pengantar dan ember berisi perlengkapan mereka masuk ke dalam pondok,”.

Sabtu kemarin waktu Dzuhur, kami salat berjama’ah bersama calon santri, dan smua pengurus pondok pesantren. Suasana khidmat dan sunyi begitu menyentuh hati. Selesai shalat dzuhur dilangsungkan akad, janji santri. Satu persatu calon santri dipanggil untuk akad di depan kepala pondok pesantren.

Di iringi shalawat nabi yang tiada putusnya, rasa di hati tidak karuan, terharu, sedih, dan bangga jadi satu. Jantung seolah berdegup lebih kencang. tanpa terasa air mata menetes tanpa bisa dibendung.

Nama anak kami disebut, didampingi pengasuh mereka menuju pondok, perasaan dan suasana seperti ini baru kami rasakan. Suara isak tangis di antara kami para orang tua menambah syahdu suasana, yang sudah akad saling pelukan dan air mata semakin deras.

Saat kami berpamitan pulang, lidah ini semakin kelu rasanya dan air mata keluar lagi semakin deras. Kami harus berpisah sekarang juga dari anak kami.

Tapi semua demi masa depan yang lebih baik, kami rela, dan ikhlas berpisah dengan anak kami. Dalam hal ini saya ingat pesan kepala pondok pesantren kemarin pada kami orang tua.

“Melepas anak ke pondok, kita harus ikhlas anak belajar disini. Kami tidak akan mengajarkan yang tidak baik, insyaa Allah. Selepas bapak Ibu dari sini, mungkin banyak santri yang bisa langsung adaptasi. Santri menemukan dunia baru, teman baru, suasana baru. Justru mereka akan lebih nyaman karena banyak teman yang senasib. Jauh dari keluarga, tapi sebaliknya dengan bapak Ibu, akan merasa sangat kehilangan, maka saya pesan, ikhlaskan anak bapak ibu untuk kami ajar disini. Kami juga mendoakan supaya calon santri betah, justru kebanyakan anak yang gagal di pondok, dikarenakan faktor dari rumah, bisa dari ayah, ibu, ataupun adik, atau kakaknya.”

Kemudian masuklah anak kami ke Pesantren dan saya juga kemudian meninggalkannya. Perasaan kosong dan hampa pasti akan dirasakan(red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *